BAZNAS RI Siapkan ICONZ ke-9 sebagai Pusat Inovasi dan Kolaborasi Zakat Dunia
02/10/2025 | Penulis: Humas Baznas RI
#CintaZakatMenyejahterakanUmmat #BerkahBerzakat
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI mematangkan persiapan penyelenggaraan International Conference on Zakat (ICONZ) ke-9. Forum tahunan ini akan menjadi ajang strategis untuk memperkuat peran zakat, infak, dan sedekah (ZIS), mendorong pengembangan filantropi, serta meningkatkan kesejahteraan umat di tingkat global.
International Conference on Zakat (ICONZ) ke-9 dijadwalkan berlangsung pada 9–11 Desember 2025 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia.
ICONZ ke-9 yang bertema “Penguatan Kebijakan dan Inovasi Zakat untuk Kesejahteraan Masyarakat” akan mempertemukan pemangku kepentingan zakat, filantropi, dan akademisi dari berbagai negara. Melalui forum ini, diharapkan lahir terobosan baru yang memperkuat kontribusi zakat dalam mengatasi persoalan kemiskinan dunia.
Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, menilai ICONZ sebagai forum yang konsisten berkontribusi dalam penguatan khazanah keilmuan zakat.
“ICONZ telah dirancang sejak beberapa tahun lalu dan kini memasuki penyelenggaraan ke-9. Hasilnya luar biasa, sepanjang perjalanan itu, forum ini berhasil melahirkan banyak gagasan besar dan menjadikan Indonesia bagian penting dalam kajian zakat, infak, dan sedekah di tingkat global,” kata Kiai Noor dalam sambutannya pada Road to ICONZ ke-9 yang digelar virtual dan disiarkan di kanal YouTube BAZNAS TV, Kamis (2/10/2025).
Kiai Noor menegaskan empat poin utama dari ICONZ ke-9. Pertama, forum ini menjadi wadah penggalian ilmu zakat dari berbagai perspektif. Kedua, ICONZ membuka ruang untuk memperkuat hubungan antarnegara yang memiliki organisasi zakat. Ketiga, forum ini diharapkan memperluas kerja sama dengan filantropi global, tidak terbatas pada negara berpenduduk muslim.
"Dengan demikian, ICONZ tidak membatasi peserta hanya dari negara-negara yang memiliki organisasi zakat, tetapi juga bisa mengundang filantropi global lainnya. Kita tahu bahwa saat ini banyak filantropi berkembang di negara-negara Barat, misalnya Bill Gates dan lainnya. Harapan kami, ICONZ dapat bekerja sama dan melibatkan mereka dalam aksi-aksi kemanusiaan maupun filantropi internasional," jelasnya
Lebih lanjut, Kiai Noor menyebut poin keempat yakni memastikan misi ICONZ ke-9 berjalan dengan semangat kebersamaan. Termasuk di dalamnya aksi kemanusiaan untuk Palestina maupun negara lain yang membutuhkan. “Zakat untuk dunia, bukan hanya untuk dunia Islam,” tegasnya.
Ia menambahkan, perubahan sosial yang cepat, perkembangan teknologi disruptif, serta tuntutan akuntabilitas dan transparansi yang semakin tinggi, menuntut pengelolaan zakat dilakukan dengan cara yang lebih modern.
“Inovasi adalah kunci, dan kolaborasi adalah bahan bakarnya. Untuk itu BAZNAS menginisiasi forum ini sebagai rumah besar, Laboratorium Manajemen Zakat (LMZ),” ujarnya.
“Melalui forum ini, kami berharap lahir rekomendasi kebijakan inovatif yang memperkuat tata kelola zakat nasional, terjalin kolaborasi erat antara akademisi, pemerintah, dan lembaga zakat, meningkatnya kesadaran publik akan pentingnya pengelolaan zakat yang modern dan profesional, serta menjadi jembatan untuk mempromosikan ICONZ ke-9 sebagai ajang kolaborasi global dan pusat inovasi zakat dunia,” ujar Kiai Noor.
Sementara itu, Pimpinan BAZNAS RI Bidang Perencanaan, Kajian, dan Pengembangan, Prof. (H.C.) Dr. Zainulbahar Noor, SE., M.Ec., menegaskan, posisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia menjadikan forum ini sangat penting.
“Kehidupan perzakatan di Indonesia adalah sesuatu yang mutlak. Zakat yang terkumpul dari umat Islam bisa berdampingan dengan rencana anggaran belanja pemerintah nasional dalam mensejahterakan masyarakat,” katanya.
Zainulbahar menargetkan agar zakat dapat berkontribusi lebih signifikan dalam pengentasan kemiskinan. “Harapan kita, dengan langkah-langkah baru, jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia yang kini sekitar 2 juta orang dapat dientaskan pada 2030, sehingga menuju Indonesia Emas 2045, tingkat kemiskinan bisa 0 persen,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Prof. Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si., menegaskan zakat memiliki posisi strategis dalam pembangunan sosial nasional.
Ia menekankan, strategi percepatan pengentasan kemiskinan memerlukan sinergi semua pihak, baik APBN, APBD, maupun filantropi. Bantuan sosial dipandang hanya sebagai intervensi sementara, sementara program pemberdayaan menjadi kunci agar masyarakat miskin bisa naik kelas.
"Pengelolaan zakat nasional memberi dampak nyata. Pada 2024, jumlah mustahik yang berhasil keluar dari kemiskinan meningkat 133 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian ini memperlihatkan potensi zakat yang dihimpun dengan baik dapat membawa perubahan besar," ucapnya.
Berita Lainnya
BAZNAS RI Terapkan Sertifikasi Online, Dorong Pemerataan Kualitas Amil Zakat di Indonesia
Bersama Mendagri, BAZNAS RI Serahkan Dua Kapal Layanan Kesehatan Bergerak RSB bagi Kepulauan Sangihe dan Talaud
BAZNAS Membantu Pedagang di Bukittinggi Hingga Mampu Kuliahkan Anak
BAZNAS Tanggap Bencana Gerak Cepat Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Cisolok Sukabumi
BAZNAS Kutim Bantu Korban Kebakaran di Long Mesangat
BAZNAS Selenggarakan Bootcamp dan Grand Final Santripreneur 2025 Klaster Usaha Peternakan

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
