Zakat dan Solidaritas Sosial: Senjata Ampuh Melawan Kemiskinan
03/10/2025 | Penulis: Humas BAZNAS Kutim
#CintaZakatMenyejahterakanUmmat #BerkahBerzakat
Oleh: Inayatullah A. Hasyim
Ketua LAZ Islamic Relief Indonesia.
Dalam pusaran zaman yang kian kompleks, kemiskinan tetap menjadi duri dalam daging kemanusiaan. Ia bukan hanya sekadar persoalan angka dan statistik, melainkan luka mendalam yang menggerus martabat dan, dalam tingkat yang ekstrem, dapat menggerus keyakinan. Islam memandang kemiskinan sebagai ujian sekaligus tantangan kolektif yang harus dihadapi dengan kekuatan iman, akal, dan sistem yang berkeadilan. Nabi Muhammad Saw. telah mengingatkan kita akan bahaya laten dari kemelaratan melalui sabdanya yang tajam:
"Hampir saja kemiskinan itu menjadi kekafiran." (HR. Al-Baihaqi).
Peringatan Nabi ini bukanlah hukuman bagi mereka yang tertimpa kesulitan hidup, melainkan sirene peringatan bagi segenap komunitas, terlebih para pemangku amanah, tentang efek domino yang diakibatkan oleh kemiskinan. Saat seseorang dicekik oleh kesulitan hidup yang akut, benteng imannya bisa goyah. Keputusasaan dapat menjadi gerbang menuju tindakan di luar batas, bahkan kealpaan terhadap Sang Pemberi Rezeki. Maka, membiarkan saudara sebangsa terbelit kemiskinan adalah bentuk kelalaian terhadap ancaman yang mengintai fondasi akidah umat.
Gema peringatan Nabi ini bergaung lantang dalam ucapan Sang Pelindung Kaum Mustadh'afin, Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, yang dengan semangat membara menyatakan:
"Seandainya kemiskinan itu adalah seorang manusia, niscaya akan aku bunuh dia."
Ini adalah deklarasi perang. Sebuah tekad bulat untuk tidak berkompromi dengan musuh kemanusiaan yang bernama kemiskinan. Ali melihat kemiskinan sebagai lawan yang harus dihadapi dan dikalahkan, bukan ditakuti atau diratapi. "Membunuh" kemiskinan berarti membangun peradaban yang memanusiakan manusia, mengembalikan hak mereka untuk hidup layak, dan memberdayakan potensi mereka yang terpasung. Dalam konteks kekinian, ini diterjemahkan sebagai komitmen total untuk menata ulang sistem ekonomi yang timpang, memperkuat jaring pengaman sosial, dan memastikan akses keadilan bagi semua.
Lalu, bagaimanakah Islam merancang strategi ofensif untuk "membunuh" kemiskinan ini? Di sinilah kita menyelami kedalaman fikih zakat dan solidaritas sosial yang menjadi pilar ekonomi Islam. Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi, dalam karyanya yang monumental, "Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami" (Peran Nilai dan Moral dalam Ekonomi Islam), dengan cermat menjelaskan hakikat zakat yang sesungguhnya. Beliau menulis:
"Maka zakat itu bukanlah sedekah sukarela, bukan pula pemberian yang bersifat pilihan. Ia adalah hak yang diwajibkan, sebuah kewajiban yang pasti, yang disyariatkan oleh (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, untuk hikmah-hikmah yang agung dan kemaslahatan yang besar. Di dalamnya terdapat penyucian bagi jiwa orang-orang kaya dari sifat pelit dan kikir, dan di dalamnya pula terdapat pembersihan bagi jiwa orang-orang miskin dari rasa dendam dan iri hati. Serta, di dalamnya terdapat penguatan bagi ikatan persaudaraan antara berbagai lapisan masyarakat."
Kutipan Al-Qardhawi ini menerangi jalan. Zakat bukan sekadar ritual pemindahan harta, melainkan sebuah rekayasa sosial-ilahiah yang brilian. Ia adalah instrumen aktif untuk melakukan redistribusi kekayaan secara sistematis, mencegah penumpukan kapital (QS. Al-Hasyr: 7), dan pada saat yang bersamaan, melakukan terapi spiritual bagi kedua belah pihak: si kaya dan si miskin. Zakat membersihkan hati yang kaya dari karat cinta dunia dan membersihkan hati yang miskin dari api dengki. Pada akhirnya, ia merajut benang-benang persaudaraan yang mungkin putus akibat kesenjangan.
Namun, bagi Al-Qardhawi, zakat harus berjalan beriringan dengan pembangunan sistem ekonomi yang beretika. Ekonomi Islam bukanlah ekonomi bebas nilai, melainkan ekonomi yang digerakkan oleh nilai-nilai luhur seperti keadilan, amanah, dan kepedulian. Konsep 'iffah (menjaga kehormatan) mendorong si miskin untuk berusaha mandiri, sementara konsep sakh?' (kedermawanan) dan mas'uliyyah (tanggung jawab) mendorong si kaya untuk bergerak aktif mengentaskan kemiskinan.
Dalam konteks Indonesia, potensi zakat, infak, dan sedekah adalah lautan ketakwaan yang belum sepenuhnya digali. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, jika kesadaran berzakat dikelola dengan profesionalitas dan integritas tinggi, dana yang terkumpul akan menjadi modal sosial yang dahsyat. Dana ini harus dialihkan dari pola karitatif yang bersifat temporer menuju pendekatan pemberdayaan yang transformatif: membuka akses pendidikan dan kesehatan, menyediakan modal usaha bagi sektor riil, dan melatih keterampilan yang dibutuhkan zaman.
Oleh sebab itu, perang melawan kemiskinan adalah jihad peradaban. Ia memerlukan tiga senjata utama: pertama, senjata spiritual dengan menghidupkan kesadaran akan bahaya kemiskinan dan keutamaan solidaritas. Kedua, senjata sistemik dengan memperkuat lembaga zakat dan wakaf menjadi lembaga modern yang transparan dan berdaya dampak. Ketiga, senjata kebijakan dengan memastikan negara hadir menciptakan ekosistem yang adil, di mana kesenjangan dapat dipersempit dan mobilitas sosial terbuka lebar.
Dengan merenungkan hadis Nabi, meneladani semangat Ali bin Abi Thalib, dan mendalami pandangan Syaikh Al-Qardhawi, kita diingatkan bahwa membunuh kemiskinan adalah tugas suci kita bersama. Zakat dan solidaritas sosial adalah senjata ampuh warisan Nabi yang terbukti keandalannya. Mari bergabung bersama Islamic Relief, sebuah Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Agama untuk menjadi bagian dari pengentasan kemiskinan tersebut. Kami punya beragam program, antara lain, Islamic Ultra Poor Graduation yang diharapkan bisa menjadi wasilah mengangkat orang dari kubangan kemiskinan. Hanya dengan cara seperti itulah kita dapat mewujudkan masyarakat baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur — negeri yang baik dan mendapat ampunan Tuhan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Berita Lainnya
APEL KESIAPSIAGAAN DAN PEMBUKAAN PELATIHAN BTB SE-KALTIM
BAZNAS RI Perkuat Sistem Pelaporan Zakat melalui SiMBA
Bantuan Kemanusiaan Indonesia Melalui BAZNAS Diterima Warga Palestina
DAY 2 PELATIHAN MANAJEMEN TINGKAT DASAR BTB SE-KALTIM
BAZNAS Tanggap Bencana Gerak Cepat Bantu Warga Terdampak Banjir Bandang Cisolok Sukabumi
Monitoring Evaluasi dan Pengajian Penerima Manfaat BAZNAS Kutim

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
